Skip to main content

Posts

Kenalan Yuk!

Halo, Terima Kasih telah mampir pada Blog ini! Kenalin gua Humaira Khairunnisa. biasa dipanggil "humai, mai, mei, umei". Lahir di Jakarta, meski sekarang tinggal di Pamulang haha. Lahir tgl 28 Agustus 1999. Anak ke-3 dari 4 bersaudara. Saat ini sedang berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Apapun yang gua tulis, sebagian dari apa yang gua rasakan dan pikirkan, harus dituangkan dalam tulisan. Semoga, dari sekian tulisan yang gua tulis, ada manfaatnya buat kalian semua, ya. tulisan ini hanya lah sebuah tulisan. sebuah pemikiran, sebuah pandangan, dan sebuah pembicaraan. Btw, bukan cuma sesi opini dan ngobrol sendiri, kok. tapi ada konten lainnya, hehe. selamat membaca, jangan lupa komen dibawah jika kamu ada pendapat lain atau setuju dengan tulisan inii.  Letter to me; semoga semakin rajin menulis dan menuangkan pemikiran-pemikiran yang terlintas di kepala dan otak ini, ya.
Recent posts

Menjadi Ikhlas

Hai, sebelumnya terimakasih karena sudah mau menyempatkan untuk membaca kisah ini. Ku harap, kisah ini bisa menjadi kebermanfaatan dan pembelajaran bersama, ya.  Kisah ini adalah kisah yang menyelimuti seorang gadis bernama Aira. Ia adalah gadis yang penuh dengan perencanaan dan keyakinan. Membuat rencana sedemikian rupa untuk menggapai mimpi dan harapannya. Gadis ini tersenyum dan memikirkan gambaran kedepan di pikirannya. Ia percaya, ini akan mudah untuknya.  Seiring berjalannya waktu, perencanaan awal masih bisa ia lalui. Lalu, hari demi hari, ia merasa kesulitan. Namun, itu semua tidak menjadikan dirinya lengah dan mau menyerah begitu saja. Ia percaya, tidak ada sesuatu yang instan begitu saja. Ia berusaha dan berdoa kepada Sang Pencipta untuk melancarkan jalannya, memudahkan urusannya dan mengabulkan permintaannya. Kemudian, satu bulan selanjutnya ia terhenti. Tak tau apa yang harus dilakukan. Rencana yang sudah disusunnya pun berhenti begitu saja. Akhirnya, gadis ini memutuskan u

Aku, Sendirian.

Hai, rasanya sudah lama sekali ya, blog ini tidak terisi. Kini aku kembali dengan segala kemrawutan isi kepala ku. Salah satunya tentang 'merasa sendiri'. Pernah gak sih seringkali kita merasa 'slalu sendiri' dan 'slalu merasa gak punya siapa-siapa?' punya temen banyak, tapi rasanya kok, kayak gaada. punya pasangan, tapi dia gak selalu ada. punya keluarga, tapi kok tetap sendirian ya.. Sampai akhirnya, kita cuma bisa nangis dikamar tanpa suara. Tak lama, kita menyadari, hanya diri kita yang slalu ada. hanya diri kita yang mampu melewati ini semua.  Besok harinya, teman kita ngajak main keluar. kita menolaknya, karena merasa 'aku sendirian'. seperti rasa kesendirian itu sudah menyelimuti diri. Butuh waktu yang lama tuk merasa 'tidak sendirian'. Ya, namanya juga Proses. suatu ketika, kamu mencoba utk keluar dan bermain bersama teman-teman. bahagia bukan main. rasa kesendirian seketika hilang, dan kamu mulai bilang "ternyata aku gak sendiri&quo

Mencintai Takdir

Hai welcome back to my blog! Gua pribadi ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada para pembaca, karena kurva pembaca blog gua ini naik terus hamdallah. Many thanks for u para pembaca setia kuu~ Anyway, m any things happen in life. It is out of our control, right? Maksudnya apa sih?  Ada asal usul mengapa gua memilih diksi "out of our control?" karena menurut kacamata gua, out of our control itu   memang bukan kendali kita. Kalau gak salah, gua pernah baca persoalan tentang "kendali" deh. Tulisan tersebut berbicara bahwa ada yang bisa kita kendali dan tidak bisa dikendali. Untuk persoalan bisa mengendali, kita bisa lihat hal apa yang sekiranya bisa kita kendali seperti emosi, beribadah, pemikiran dan hal lainnya yang menyangkut pada diri sendiri. Lalu, contoh hal yang tidak bisa dikendali apa sih? Contohnya itu ada orang yang marah sama kita, meng kritisi, mengadu domba, fitnah, takdir dan sebagainya. Bisa dibilang out of our control  ini diri ki

Tidak ada yang 100%

Prediksi hidup untuk esok hari, jelas tak bisa diduga. Kita menginginkan kebahagiaan, namun yang datang kesedihan. Hidup takkan memberi kode berhenti, kecuali nafas yang diberhentikan secara paksa maupun lembut penuh sukacita. Salah satu kutipan favorit gua dari buku NKCTHI adalah "Selama masih menginjak bumi, tidak akan ada 100% sesuai dengan keinginan manusia" begitulah kutipannya.  Bisa kita amati bersama, kehidupan memang tak selamanya sesuai dengan keinginan. Ada yang bilang, hidup itu seperti roda. Terus berjalan, memutar, berjalan ke arah yang ia suka namun ia lupa akan adanya jalan terjal yang menimpanya. Tak hanya persoalan semacam itu saja, kalimat suci yang tak pernah salah pun mengatakan "Bahwa sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan". Tak ada pilihan untuk memilih salah satu diantara nya. Jelas, Ia maha baik. Semakin ku pikirkan, ternyata hidup ini berdampingan. Ada suka ada duka, ada kesulitan ada kemudahan, ada cinta ada benc

Kosong, gak ada apa-apanya.

Setelah sekian lama gak nulis, akhirnya bisa nulis lagi. Mengumpulkan niat dan ide yang sekiranya bisa di share. Sebelumnya, mohon maaf lahir batin ya, maaf kalau ada tulisan dari gua yang menyakiti hati para pembaca sekalian nih, hehe  Seperti biasa, lagi-lagi, gua mau cerita tentang apa yang udah gua rasakan. narsis ya.. nyeritain diri sendiri mulu heuu tapi semoga aja ada manfaatnya dari cerita narsis kali ini 📝 Oke jadi, selama sebulan lebih gua sama nyokap satu handphone . Kebetulan hape beliau rusak, jadi mau gamau gua harus ikhlas buat satu handphone sama beliau. Ribet sih, tapi gak tega aja ngeliat beliau kesusahan karena Alhamdulillah nya lagi banyak order bisnis gitu, jadi gua rasa dosa aja kalau gak bantu nyokap lancarin bisnisnya.  Setiap hari nya, gua lebih sering pakai laptop buat chattingan di whatsApp , line sekalian nyambi kuliah online. Kalau pakai handphone pun, bisa nya sore sampai malem pas nyokap bener-bener udah gak pakai handphone itu. D

Penghujung Tahun

Di penghujung tahun 2019, banyak kisah yang terjadi dihidupku. Kali ini, hujan dan minuman coklat hangat menemani ku sambil menulis. Baru saja terlontar suatu nasihat yang keluar dari bibir kedua orangtua dan yang mengambilnya ialah yazid, anggap saja.  Aku agak sedikit cemas setelah semua nasihat tersebut terdengar pula ke telingaku. Satu persatu kalimat, aku olah, dan aku ambil makna nya. Hatiku banyak menolak, seolah berbicara "bukan seperti itu.." "itu salah" "kasihan dia". Aku khawatir kondisi psikologis yazid berubah menjadi lebih buruk, itu saja. Namun, aku berpikir lagi. semua nasihat yang datang adalah baik, semua orang tua mewajarkan dan ingin menjadi yang terbaik. Mengatur jalan sedemikian rupa agar kelak anaknya dapat menjadi manusia berguna. Selalu ku yakinkan itu adalah baik, tetapi hatiku menolak beberapa nasihat yang datang. bukan menolak, tetapi merasa bukan begitu caranya.. Lagi-lagi, aku berpikir. "Apa mungkin akan ter

Fair gak, sih?

Sebenarnya hidup ini emang gak fair sih. Berbuat baik lalu ada yang mencemooh, misalnya. Gak fair bukan ? Bukankah kita ingin menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya ? Bahkan sampai berpikir kalau hidup ‘kita’ ga perlu ada orang lain yang bisa ngatur ini semua. Well ya, itu gak bisa dihindari. Karna baik akan selalu ada yang jahat. Sebaik-baik nya orang tersebut, bisa jadi bahan cacian karena memang saking bencinya sama orang itu. Masih bilang fair ? Sama halnya dengan pilihan. “lo mau maju atau mundur?” “lo mau berani atau mundur?” “lo mau berjuang atau menyerah?” “lo mau bertahan atau meninggalkan?” pilihan bukan ? dengan pilihan bulat yang dibuat oleh kita, artinya, itulah tanggung jawab kita. Kita gak bisa semena-mena mengatur jalan orang lain kalau memang “ada artinya” meski konteks masih samar. dari pilihan tersebut, lo makin paham tentang fair or not-fair. Gua juga jadi berpikir, kalau hidup itu gak ada kata “sayang” dalam arti menyangkan apa yang udah dituai. “sa