Hai, sebelumnya terimakasih karena sudah mau menyempatkan untuk membaca kisah ini. Ku harap, kisah ini bisa menjadi kebermanfaatan dan pembelajaran bersama, ya.
Kisah ini adalah kisah yang menyelimuti seorang gadis bernama Aira. Ia adalah gadis yang penuh dengan perencanaan dan keyakinan. Membuat rencana sedemikian rupa untuk menggapai mimpi dan harapannya. Gadis ini tersenyum dan memikirkan gambaran kedepan di pikirannya. Ia percaya, ini akan mudah untuknya.
Seiring berjalannya waktu, perencanaan awal masih bisa ia lalui. Lalu, hari demi hari, ia merasa kesulitan. Namun, itu semua tidak menjadikan dirinya lengah dan mau menyerah begitu saja. Ia percaya, tidak ada sesuatu yang instan begitu saja. Ia berusaha dan berdoa kepada Sang Pencipta untuk melancarkan jalannya, memudahkan urusannya dan mengabulkan permintaannya. Kemudian, satu bulan selanjutnya ia terhenti. Tak tau apa yang harus dilakukan. Rencana yang sudah disusunnya pun berhenti begitu saja. Akhirnya, gadis ini memutuskan untuk rehat dari segala kemrawutan yang ada.
Setelah rehat, tenaga dan ketenangan pun hadir kembali. Gadis ini memikirkan kembali rencana yang harus ia tepati. Terutama, keinginan orang tua yang mengharuskan ia sampai kepada pintu keberhasilan. Tiap malam ia berpikir "bagaimana caranya aku bisa mengabulkan permintaan tersebut? Apakah aku mampu ya Allah?" lalu menangis. Memikirkan apakah kedepan ia akan baik-baik saja dengan rencana nya.
Bulan demi bulan, ia lewati dengan duka dan segala drama yang menghantuinya. Terdapat kejadian yang tidak disangka-sangka yang akhirnya membuat dirinya rapuh dan ingin menyerah. Merasa bahwa Dunia tidak berpihak padanya. "Aku lelah, kenapa sesulit ini?" Katanya. Saat itulah, dia berpikir untuk mengakhiri saja kehidupannya. Namun, Tuhan maha baik. Tuhan memberi kesempatan hidup kepada gadis ini untuk dipertemukan dengan sahabat-sahabatnya agar dapat bercerita. Sahabatnya pun memberi pesan "kalau kamu menginginkan mati adalah jalan terakhir, maka Tuhan akan memberi jalan itu kepadamu". Ia tertegun dan merenung. "Enggak, aku gamau berakhir begitu saja". Tak pernah lepas sahabatnya mengingatkan "Kamu itu udah dipilih sama Tuhan melewati kisah ini, karena cuma kamu yang mampu".
Satu minggu kemudian, Gadis ini berusaha untuk menerima segala situasi yang ada. Berusaha meyakinkan diri bahwa ini semua ada hikmahnya. Berusaha meyakinkan diri bahwa ia mampu melewati ini dan berusaha meyakinkan diri bahwa akan ada pelangi setelah ini. Tepat satu minggu berikutnya, ia merasa sudah bisa menerima semua keadaan. Merasa hati dan pikirannya jauh lebih tenang. Namun mengapa masih saja terkadang menangis tiap malam? "Ah, ini perasaanku saja yang lemah. Aku udah ikhlas kok. Udah bisa menerima apapun itu".
Kurang lebih sebulan, perasaan sesak di dada dan pikirannya masih terus menghantui. Ia pun mencari cara untuk menemukan dirinya kembali. Seperti membuat tulisan di kamarnya misalnya, lalu menuangkan pikirannya kedalam hal-hal yang ia sukai. Sebenernya, gadis ini menyadari jika dia denial terhadap semua yang ia rasakan. Tapi dia licik, dia gak mau perasaan itu terulang.
Setelah segala drama ia rasakan kembali, datanglah kabar bahagia dari sahabat-sahabatnya yang akan melaksanakan kelulusan. Gadis ini tersenyum dan bahagia sekali. Amat sangat bangga terhadap perjuangan sahabatnya yang begitu besar. Namun, tepat sehari sebelum kelulusan, malam-malam gadis ini termenung. Ia merenungkan kembali mengapa dia belum bisa mencapai kesana. "Mengapa ini semua terjadi?" Ia kesal. Menangis sejadi-jadinya. Sampai akhirnya, ia tau apa yang harus dilakukan agar ia bisa bangkit kembali. Ya, menjadi Ikhlas.
Terdengar sederhana tapi memang benar adanya. Malam itu, dia berdoa diatas tempat tidur sambil menangis. Ia minta untuk dapat memaafkan dan mengikhlaskan segala kesalahan dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya di masa lalu. Ia hanya minta itu saja, tidak ada yang lainnya. Lalu, memeluk diri seolah kamu baik-baik saja.
Besok hari dan seterusnya, ia jauh lebih ikhlas. "Akhirnya, Alhamdulillah kali ini benar-benar ikhlas di hati bukan sekedar ucap di bibir". Ia mengingat kembali bahwa dulu pernah bilang ikhlas atas apa yang terjadi. Nyatanya, belum benar-benar ikhlas yang sampai ke dalam hati. Kini gadis ini lebih legowo dan bahagia. Ia banyak mendapatkan pelajaran. Menurutnya, selain menjadi ikhlas ia juga tidak mau menjadi Tuhan. Tak mau lagi memikirkan ke depan yang memang bentuknya masih abstrak. Ia hanya mau memikirkan dan mempersiapkan diri untuk esok hari atau lusa. Ia pun menyadari di masa lalu, seolah menjadi Tuhan yang mengatur semua rencananya. Bersyukur ada orang-orang terdekat yang selalu mendukung dan mengingatkan nya tanpa henti.
Pada akhirnya "menerima dan mengikhlaskan adalah jalan dari segalanya". Menurutnya, jalan tersebut menjadikan manusia lebih patuh dan tidak menjadi Tuhan atas hidupnya. Tidak menyalahkan semesta karena sudah menghancurkan hidupnya. Memang sulit sekali untuk menjadi ikhlas, namun lebih sulit lagi menjalani hidup tanpa mengikhlaskan segala peristiwa yang terjadi. Jadi, untukmu yang sedang dalam tahap mengikhlaskan, pelan-pelan ya. Nikmati saja prosesnya. Berdoalah untuk tetap menjadi ikhlas dan sabar karena sabar saja tidak cukup, harus ada ikhlas di dalamnya. Setelah itu, belajarlah untuk tidak memikirkan segala ketidakmungkinan yang belum pernah terjadi. Aku, kamu, kita semua tidak ingin hal tersebut terjadi bukan?
With love, Aira.
Comments
Post a Comment