Skip to main content

Mencintai Takdir

Hai welcome back to my blog! Gua pribadi ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada para pembaca, karena kurva pembaca blog gua ini naik terus hamdallah. Many thanks for u para pembaca setia kuu~

Anyway, many things happen in life. It is out of our control, right? Maksudnya apa sih? 

Ada asal usul mengapa gua memilih diksi "out of our control?" karena menurut kacamata gua, out of our control itu memang bukan kendali kita. Kalau gak salah, gua pernah baca persoalan tentang "kendali" deh. Tulisan tersebut berbicara bahwa ada yang bisa kita kendali dan tidak bisa dikendali. Untuk persoalan bisa mengendali, kita bisa lihat hal apa yang sekiranya bisa kita kendali seperti emosi, beribadah, pemikiran dan hal lainnya yang menyangkut pada diri sendiri. Lalu, contoh hal yang tidak bisa dikendali apa sih? Contohnya itu ada orang yang marah sama kita, meng kritisi, mengadu domba, fitnah, takdir dan sebagainya. Bisa dibilang out of our control ini diri kita gak bisa mengendalikan itu karena kita gak punya ekspetasi apa-apa dan diluar plan yang sudah dipersiapkan sebaik-baiknya. 

Umi pernah bilang, katakanlah takdir itu datang berubah-ubah diluar ekspetasi kita. Otomatis mau tidak mau ya terima aja gitu. Lagi-lagi karena itu bukan kendali kita.  Namun, kita bisa bangkit dari sesuatu yang menimpa. Istilah sederhana nya gini deh, kita tidak bisa mengontrol apa yang orang lain lakukan kepada diri kita, namun kita bisa bertindak atas hal yang menimpa diri kita. Huft, kebanyakan diksi kita ya...

Menurut hemat pribadi, semesta dan alam pastinya akan menaruh takdir-takdir yang sudah ditetapkan ke dalam diri kita. Apapun situasinya, mau jalurnya A tapi jatohnya ke B mau gimana lagi? Itu bukan kontrol atau kuasa kita, misalnya. Munculah rasa sakit hati, kecewa, menyerah dan hal lainnya yang membuat diri semakin lengah. Satu hal yang baru gua sadari, ternyata jawabannya adalah penerimaan. karena lagi-lagi itu bukan kuasa kita. Namun, setelah gua tilik lagi, nampaknya diksi penerimaan itu terkesan "pasrah" gitu aja deh. Apa ya diksi yang tepat? Hmm. Pada saat itu, pencarian kata pengganti "penerimaan" agak cukup lama sampai pada akhirnya menemukan diksi yang tepat setelah scrolling twitter. Yap, mencintai takdir. 

Menemukan diksi di kolom komentar tuh, rasanya seneng bukan main. Ya, mencintai takdir. Tapi, ada hal yang bikin gua janggal setelah menemukan kalimat tersebut. "Gua harus bisa menemukan kalimat/kata selanjutnya" begitulah kira-kira. Setelah mikir panjang, barulah menemukan kalimat selanjutnya yakni nikmati, syukuri, sambil memperbaiki. Sepertinya kalau agak di luruskan kalimatnya, akan jadi seperti ini "jatuh cintalah pada takdir. Maka kamu akan menikmati, mensyukuri namun tak lupa sambil memperbaiki"

Terdapat alasan mengapa gua memilih kalimat selanjutnya seperti itu? jawabannya adalah gua mencoba meng-korelasikan kalimat "bertindak atas apa yang terjadi" dengan "memperbaiki". Menurut opini pribadi, takdir itu memang sudah ditentukan oleh yang Maha Esa. Maka, gua rasa manusia itu hanya bisa memohon dan berusaha. Memohon atas takdir yang sudah ditentukan serta berusaha untuk memperbaiki/mengubah atas takdir yang sudah ditentukan. Hal tersebut tentu bisa dikatakan sebagai kata bertindak. 

Lagi dan lagi, gua mencoba memaknai kata mensyukuri. Apa sih korelasinya dengan mencintai takdir? Menurut hemat pribadi, setelah gua mencintai takdir atau dalam makna lain artinya sudah benar-benar dalam keadaan ikhlas dan karena untukNya. Maka, hal tersebut melahirkan lah yang membuat diri ini bisa lebih bersyukur dan menikmati apa yang terjadi. Pernah gak sih, kalian sedang di posisi "yaudah lah gapapa. Kalau rezeki Alhamdulillah, kalau pun gak rezeki, yaudah gapapa". Gua rasa, hal tersebut membuat diri semakin ikhlas dan bisa bangun tembok anti-ekspetasi yang bikin sakit hati gitu. 

So, i think ini waktu yang tepat agar kita semua bisa lebih mencintai takdir. Kalau kata Baskara Putra dalam lagunya, "apapun yang terjadi, kita abadi". Abadi dalam hal-hal yang sudah dilewati. Sehingga bisa menjadi batu loncatan terbaik untuk bisa melangkah ke jejak selanjutnya. Tulisan ini tidak ingin mengajarkan kepada para pembaca, namun tulisan ini hadir karena menjadi pengingat diri sendiri. Jangan lengah untuk tetap jatuh cinta pada takdir, ya. Jikalau takdir yang diberi baik, jatuh cintalah. Kalaupun sebaliknya, tidak apa. Mari bertindak ke arah yang baik. 

Tulisan dan pemikiran diatas berdasarkan kacamata gua saja. Meskipun kacamata nya udah mulai longgar karena belum sempat ke optik terdekat sih. Oiya, tulisan ini boleh di setuju atau tidak loh yaa, terserah wae yo monggo. 

Untuk yang sedang membaca tulisan ini, tetaplah mencintai takdir karena hasilnya membuat rasa bersyukur mu jadi ada dan kamu akan menikmati tanpa lengah. Serta tak lupa untuk terus memperbaiki apa yang terjadi pada dirimu. Arah memperbaiki bukan ke arah salah, melainkan ke arah yang lebih baik lagi. Terimakasih sudah membaca sampai habis.

Written by my lovely glasses,
Humaira.

Comments

Popular posts from this blog

Menjadi Ikhlas

Hai, sebelumnya terimakasih karena sudah mau menyempatkan untuk membaca kisah ini. Ku harap, kisah ini bisa menjadi kebermanfaatan dan pembelajaran bersama, ya.  Kisah ini adalah kisah yang menyelimuti seorang gadis bernama Aira. Ia adalah gadis yang penuh dengan perencanaan dan keyakinan. Membuat rencana sedemikian rupa untuk menggapai mimpi dan harapannya. Gadis ini tersenyum dan memikirkan gambaran kedepan di pikirannya. Ia percaya, ini akan mudah untuknya.  Seiring berjalannya waktu, perencanaan awal masih bisa ia lalui. Lalu, hari demi hari, ia merasa kesulitan. Namun, itu semua tidak menjadikan dirinya lengah dan mau menyerah begitu saja. Ia percaya, tidak ada sesuatu yang instan begitu saja. Ia berusaha dan berdoa kepada Sang Pencipta untuk melancarkan jalannya, memudahkan urusannya dan mengabulkan permintaannya. Kemudian, satu bulan selanjutnya ia terhenti. Tak tau apa yang harus dilakukan. Rencana yang sudah disusunnya pun berhenti begitu saja. Akhirnya, gadis ini mem...

Kenalan Yuk!

Halo, Terima Kasih telah mampir pada Blog ini! Kenalin gua Humaira Khairunnisa. biasa dipanggil "humai, mai, mei, umei". Lahir di Jakarta, meski sekarang tinggal di Pamulang haha. Lahir tgl 28 Agustus 1999. Anak ke-3 dari 4 bersaudara. Saat ini sedang berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Apapun yang gua tulis, sebagian dari apa yang gua rasakan dan pikirkan, harus dituangkan dalam tulisan. Semoga, dari sekian tulisan yang gua tulis, ada manfaatnya buat kalian semua, ya. tulisan ini hanya lah sebuah tulisan. sebuah pemikiran, sebuah pandangan, dan sebuah pembicaraan. Btw, bukan cuma sesi opini dan ngobrol sendiri, kok. tapi ada konten lainnya, hehe. selamat membaca, jangan lupa komen dibawah jika kamu ada pendapat lain atau setuju dengan tulisan inii.  Letter to me; semoga semakin rajin menulis dan menuangkan pemikiran-pemikiran yang terlintas di kepala dan otak ini, ya.

Aku, Sendirian.

Hai, rasanya sudah lama sekali ya, blog ini tidak terisi. Kini aku kembali dengan segala kemrawutan isi kepala ku. Salah satunya tentang 'merasa sendiri'. Pernah gak sih seringkali kita merasa 'slalu sendiri' dan 'slalu merasa gak punya siapa-siapa?' punya temen banyak, tapi rasanya kok, kayak gaada. punya pasangan, tapi dia gak selalu ada. punya keluarga, tapi kok tetap sendirian ya.. Sampai akhirnya, kita cuma bisa nangis dikamar tanpa suara. Tak lama, kita menyadari, hanya diri kita yang slalu ada. hanya diri kita yang mampu melewati ini semua.  Besok harinya, teman kita ngajak main keluar. kita menolaknya, karena merasa 'aku sendirian'. seperti rasa kesendirian itu sudah menyelimuti diri. Butuh waktu yang lama tuk merasa 'tidak sendirian'. Ya, namanya juga Proses. suatu ketika, kamu mencoba utk keluar dan bermain bersama teman-teman. bahagia bukan main. rasa kesendirian seketika hilang, dan kamu mulai bilang "ternyata aku gak sendiri...